Pada tau kan Ojek Online? Yap, ojek online yaitu ojek yang kita pesan melalui suatu aplikasi. Dimana mereka akan datang/menjemput kita sesuai lokasi kita saat itu. Pasti kalian banyak menggunakan ojek onlie kann? Tentunya kita sebagi pelanggan sangat merasakan sekali keuntungan yang di dapat melalui aplikasi ini. Pada zaman terdahulu, kita harus mencari pangkalan ojek terlebih dahulu, sekarang cukup dengan maps yang di deteksi oleh aplikasi ojek online tersebut.

Perubahan digital pada era ini, teknologi sangat berpengaruh sekali di berbagai bidang, apalagi di bidag transportasi. Saat ini di Indonesia sendiri telah banyak aplikasi ojek online, sebut saja Go-Jek, Grab, dan Uber.

Dengan munculnya berbagai teknologi-teknologi baru, banyak perusahaan dan pebisnis yang terinovasi untuk membuat model bisnis yang menarik dengan layanan yang tidak kalah mengagumkan. Salah satu perkembangan teknologi saat ini terdapat pada layanan ojek online. Walaupun keberadaan transportasi sudah ada sejak dulu, tetapi menjadi sangat fenomenal ketika digabungkan dengan teknologi dan jadilah transportasi berbasis online.

Sekilas Perkembangan Bisnis Transportasi Berbasis Online di Indonesia

Di akhir tahun 2014, walaupun Uber dan GrabTaxi telah masuk ke pasar Indonesia, hampir tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan bila layanan ojek online akan menjadi sesuatu yang besar pada tahun ini. Bisnis transportasi on-demand memang sudah mulai dikenal, salah satunya karena kontroversi kehadiran Uber di Indonesia. Namun istilah ojek online saat itu belum begitu dikenal. Walau GrabTaxi telah mengujicoba layanan GrabBike di Vietnam pada bulan Oktober 2014, tidak ada indikasi ketika itu kalau mereka akan meluncurkannya di Indonesia.

Setahun berselang, berkat kehadiran aplikasi GO-JEK pada bulan Januari dan layanan GrabBike empat bulan kemudian, ojek online langsung menjadi salah satu bisnis startup yang paling populer di Indonesia. Dalam rentang waktu dua belas bulan, GO-JEK berkembang dari sebuah aplikasi mobile baru menjadi sebuah layanan besar, yang kemudian diikuti oleh perusahaan GrabTaxi dengan layanan GrabBike.

Memasuki tahun 2016, persaingan ketiga startup tersebut justru semakin sengit. GrabTaxi mengubah namanya menjadi Grab, dan berusaha menyaingi GO-JEK di bisnis pengantaran makanan dengan membuat layanan GrabFood. Uber pun turut memanaskan persaingan dengan menghadirkan UberMotor, demi bersaing dengan GrabBike dan GO-JEK. Seperti ingin memberi serangan balasan, GO-JEK pun turut hadir dengan layanan GO-CA demi menghadang perkembangan layanan UberX dan GrabCar tepat seminggu setelah Uber meluncurkan UberMotor.

Sadar kalau metode pembayaran seringkali menghambat para pengguna dalam menggunakan layanan-layanan mereka, pada tahun 2016 ini pula GO-JEK meluncurkan metode pembayaran GO-PAY. Kini saldo GO-PAY dapat diisi lewat berbagai cara, mulai dari transfer bank hingga dengan memberikan uang langsung ke pengemudi GO-JEK. Seakan ingin memperkuat posisi GO-PAY sebagai metode pembayaran mereka, GO-JEK pun mengakuisisi sebuah layanan pembayaran bernama PonselPay di tahun 2016. Grab juga meluncurkan metode pembayaran melalui GrabPay untuk menyainginya.

Tak berhenti sampai di situ, GO-JEK pun turut memperkuat layanan lama mereka, seperti GO-SEND. Mereka juga bekerja sama dengan marketplace Tokopedia dan Bukalapak untuk mengantarkan barang pesanan dari penjual kepada para pembeli.

GO-JEK pun telah bekerja sama dengan aplikasi chat LINE, sehingga pengguna LINE kini bisa memesan GO-JEK langsung di aplikasi tersebut. Menjelang akhir tahun, Uber pun kemudian ikut membuat fitur serupa.

Berbeda dengan GO-JEK yang coba merambah bisnis lain di luar transportasi, Grab justru fokus di bidang transportasi online dengan menghadirkan layanan GrabHitch. Dengan layanan GrabHitch ini, para pengguna Grab yang membawa sepeda motor bisa berbagi tumpangan kepada pengguna lain, serupa dengan layanan Nebengers dan TemanJalan.

Demi memudahkan pengguna ketika menghubungi para pengemudi, Grab pun menghadirkan fitur chat di dalam aplikasi mereka. Selain itu, Grab pun membuat sebuah program loyalitas yang bernama Top Partners untuk pengemudi, serta GrabRewards untuk para pengguna mereka. Program ini seperti mengikuti GO-JEK yang sebelumnya juga berusaha memudahkan para pengemudi mereka untuk mengakses fasilitas keuangan dengan program bernama Swadaya.

Tak mau kalah dengan kedua pesaingnya, Uber pun turut menghadirkan beberapa layanan baru. Sepanjang 2016, mereka telah meluncurkan layanan berbagi tumpangan UberPool dan layanan sewa mobil harian UberTrip.

Hadirnya layanan transportasi online tentu saja menuai banyak kontroversi, di awal tahun 2016, ribuan pengemudi angkutan umum yang merasa pendapatan mereka menurun akibat kehadiran layanan transportasi online akhirnya melakukan demonstrasi. Massa yang didominasi oleh para pengemudi taksi tersebut menuntut layanan seperti Uber dan Grab agar segera ditutup.

Insiden ini tak hanya berlangsung sekali, mereka pun kembali melakukan aksi demonstrasi seminggu setelahnya. Hal ini pun memaksa pemerintah untuk segera mengambil sikap. Mereka pun membuat aturan yang mengharuskan kendaraan yang digunakan oleh Uber, Grab, dan GO-CAR untuk melakukan uji kir, serta bernaung di bawah badan hukum berbentuk koperasi.

Pemerintah juga sempat mengharuskan para pengendara kendaraan transportasi online untuk mengubah nama di Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) menjadi nama perusahaan atau koperasi. Namun pemerintah kemudian membatalkan aturan tersebut.

Pada akhir 2016, justru muncul konflik dari perusahaan ojek online itu sendiri seperti GO-JEK dan GRAB yang mendapat tekanan dari pengemudi mereka sendiri yang merasa pendapatannya terlalu kecil.

Uniknya, menjelang akhir tahun 2016, perusahaan taksi yang sebelumnya seperti menentang layanan transportasi online, justru mengubah sikap. Mereka akhirnya melirik layanan transportasi online sebagai sebuah kesempatan, dan menjalin kerja sama dengan mereka.

Hal ini ditunjukkan dengan kerja sama yang dilakukan Blue Bird dengan GO-JEK, serta Express Group dengan Uber. Sehingga kita dapat memesan armada taksi. Blue Bird lewat aplikasi GO-JEK, atau mendapatkan armada taksi Express ketika memesan layanan UberX.

Keperkasaan GO-JEK, Uber, dan Grab bukannya tanpa akibat yang buruk. Layanan baru yang mencoba mengikuti kesuksesan mereka bertiga seperti Blu-Jek, TopJek, dan LadyJek kini hampir tidak terlihat lagi di jalanan ibu kota. Dari akun media sosial mereka, bisa terlihat kalau layanan-layanan tersebut kini justru mengalihkan fokus ke bidang logistik. GO-JEK, Uber, dan Grab sendiri pun terus berinovasi demi menjadi layanan terdepan di tanah air.

Berbeda dengan para pesaingnya, GO-JEK merupakan startup yang menghadirkan layanan paling banyak. Setelah membaut layanan seperti GO-CLEAN dan GO-MASSAGE, mereka kembali menghadirkan layanan baru berupa layanan perbaikan dan cuci kendaraan GO-AUTO, layanan isi pulsa GO-PULSA, serta layanan pengiriman obat GO-MED.

Selain menambah berbagai layanan baru, baik GO-JEK, Uber, dan Grab pun turut memperluas jangkauan mereka ke kota-kota baru. GO-JEK menjadi layanan yang paling gesit dengan hadir di berbagai kota seperti Malang, Solo, Samarinda, dan Manado . Mereka pun diikuti oleh Uber yang mulai beroperasi di Surabaya, Yogyakarta, dan Malang. Mereka terus memperluas jangkauan hingga pada tahun 2017 ini, layanan ojek online dapat ditemukan hampir di semua daerah di Indonesia

Harus kita akui bahwa bisnis transportasi berbasis online ini merupakan terobosan baru di bidang transportasi. Walaupun menuai banyak kontroversi, perkembangan teknologi yang pesat tidak dapat ditahan sehingga mau-tidak mau setiap teknologi baru dapat teraplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, terlepas dari masalah tersebut, masyarakat Indonesia sangat memerlukan sarana transportasi yang nyaman, aman, tepat waktu dan tidak mahal. Oleh karena itu, bisnis tranportasi online ini harus disambut dengan baik dan terus dikembangkan

sumber: https://unfaedahblog.wordpress.com/2017/10/05/perkembangan-teknologi-dalam-bisnis-transportasi-online-di-indonesia-2/